Sayyidah fatimah Azzahra putri Rasulullah SAW mendapat julukan
sebagai “Ibu bagi ayahnya”. Hal ini karena pelayanan dan pembelaan
beliau kepada sang ayah yang luar biasa. Sayyidina Abdullah bin Mas’ud
bercerita: Suatu hari Nabi Muhammad saw menunaikan shalat di hadapan
ka’bah. Pada saat itu, Abu Jahal dan beberapa temannya sedang duduk
disana. Tiba-tiba salah seorang di antara mereka berkata:
“Siapa di antara kalian yang berani mengambil kotoran unta keluarga Fulan dan meletakkannya di punggung Muhammad ketika ia sujud nanti?”
Salah seorang yang paling celaka di antara mereka bangkit dan mengambil
kotoran unta itu. Ia mengawasi Rasulullah saw. Ketika Rasulullah saw
sujud, ia pun meletakkan kotoran itu di punggung beliau, tepat di antara
pundak beliau. Peristiwa itu kusaksikan di depan mataku tetapi aku
tidak dapat berbuat apa-apa. Diriku tak berdaya melawan mereka. Mereka
saling memandang dan menertawakan Rasulullah saw. Adapun beliau saw
tetap dalam sujudnya, tidak mengangkat kepala beliau hingga Sayyidah
Fatimah tiba dan menyingkirkan kotoran itu dari punggung ayahnya. (HR.
Buhkori)
Para ahli hadits menyebutkan bahwa setiap kali
Rasulullah saw kembali dari sebuah perjalanan, setelah shalat sunah di
Masjid, Rasulullah saw terlebih dahulu mengunjungi putri tercintanya
tersebut, sebelum beliau pulang ke rumah para istrinya. Di depan pintu
rumah, sang putri telah menanti dengan kerinduan yang membara. Ia sambut
sang ayah dengan ciuman hangat di keningnya dan tetesan air mata,
menyaksikan tubuh beliau yang berdebu, wajah yang tampak lelah karena
perjalanan jauh.
Sayyidah Aisyah RA bercerita:
“Aku tidak
pernah melihat seseorang yang bentuk, prilaku dan petunjuknya, cara
berdiri dan duduknya sangat mirip dengan Rasulullah saw seperti Sayyidah
Fatimah putri beliau saw. Dahulu jika Sayyidah Fatimah datang
mengunjungi ayahnya, maka beliau saw berdiri menyambutnya, menciumnya,
dan mendudukannya di sampingnya. Begitu pula jika Nabi saw berkunjung ke
rumahnya, maka Sayyidah Fatimah berdiri menyambutnya, mencium ayahnya,
dan mendudukkan beliau di sampingnya”. (HR. Tirmidzi dan Abu Daud)
Keharmonisan hubungan ayah dan anak seperti yang dicontohkan Rasul dan
putrinya di atas saat ini mulai memudar. Jarang anak yang mengecup
kening putra putrinya. Inilah salah satu contoh keindahan budi Nabi SaW
terhadap putrinya tercinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar