Jumat, 24 April 2015

Mengenang seputar berpulangnya Syaikhuna, Tuan Guru Muhammad Zaini bin Abdul Ghani (Abah Guru Sekumpul), Martapura.
Setelah sembilan hari dalam perawatan di. RS. Mount Elizabeth Singapura, tepatnya pada minggu malam, Syaikhuna bersikeras meminta agar dibawa pulang. Kondisi kesehatan Beliau terlihat sangat lemah. Meski demikian, pihak keluarga belum bisa mengabulkan karena melihat kondisi Beliau yang tidak memungkinkan dan masih menunggu keputusan tim medis.
Besoknya, Senin 8 Agustus 2005, Syaikhuna kembali sesak napas. Beliau harus melakukan Cuci darah. Sorenya diketahui dari hasil pemeriksaan tim dokter bahwa keadaan Syaikhuna ini sangat sulit ditangani. Dan pada malam harinya mendadak tensi Beliau menurun drastis. Disaksikan oleh keluarga dekat termasuk salah satunya Guru H. Syarif Bustami, Syaikhuna membaca dzikir
“Laa ilaaha illallah”
sebanyak tiga kali dengan suara rendah, kemudian dilanjutkan dengan menyebut
“Muhammadurrasullullah”
Dan setelah itu tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Beliau hingga akhir hayatnya.
Pada Selasa 9 Agustus 2005, sekitar jam 10 pagi waktu setempat, tercapailah keputusan musyawarah keluarga agar Syaikhuna segera dibawa pulang ke Indonesia. Hari itu pula seluruh pengurusan yang menyangkut kepulangan rombongan diselesaikan, hingga akhirnya pada jam 17. 30 sore, berangkatlah rombongan dengan menumpang pesawat carteran Foker 24, pesawat evakuasi yang bernama "Anugerah", menuju Banjarmasin melewati rute Singapura-Pontianak-Banjarmasin.
Saat masih dalam pesawat, sebelum sampai di bandara dikota Pontianak, Syaikhuna sempat mengalami kesulitan pernapasan. Tim medis yang mengiringi rombongan langsung memberikan perawatan. Namun, setelah transit di Pontianak, kondisi pernapasan Beliau sudah mulai normal kembali. Tepat jam 21.00 malam rombongan tiba di bandara Syamsuddin Noor, dan sekitar jam 21.30 tibalah rombongan di rumah kediaman Syaikhuna di Sekumpul.
MARTAPURA MENANGIS.
       Kedatangan Syaikhuna dari Singapura hampir-hampir tidak diketahui oleh jamaahnya. Walau demikian, pada subuh itu terlihat banyak orang berkumpul di sekitar kediaman Syaikhuna, khususnya di pintu belakang kediaman Beliau. Di situ tampak sekelompok orang duduk sambil sesekali menengok ke arah pintu kecil yang menghubungkan jalan kecil itu dengan komplek Ar-Raudhah, berharap ada seseorang yang keluar dari pintu itu untuk menyampaikan kabar terbaru tentang keadaan Guru tercinta.
       Di bagian dalam rumah Beliau sendiri, sejak kedatangan Syaikhuna dari Singapura, sebagian anggota keluarga sendiri dan tenaga medis terlihat enggan beranjak dari dekat Syaikhuna. Sebagian dari mereka terlihat membaca ayat-ayat suci al-qur an dengan suara lirih. Wajah-wajah yang mengelilingi Syaikhuna itu kelihatan tenang saja, sebab dari raut muka Syaikhuna tertampak ketenangan, sekalipun Beliau tidak berbicara lagi, hembusan napas Syaikhuna masih mengalir teratur dan anggota tubuh Beliau sesekali masih bergerak.
      Dengan keadaan ini tenaga medis yang dibantu anggota keluarga pun menyiapkan peralatan cuci darah yang akan dilakukan besok siang. Sekitar jam 02.00 dini hari, semua peralatan siap digunakan. Namun apalah daya, takdir Allah SWT menghendaki lain.
Inna lillaahi wa Inna Ilaihi Roojji'uun......
Tepat pada pukul 04.40 (waktu jidar) subuh, Syaikhuna berpulang ke Rahmatullah. Keadaan yang sebelumnya gening dikejutkan dengan suara isak tangis yang sambung menyambung. Entah dari mana berita itu bermula, namun semakin jelas dan nyata bahwa kabar wafatnya Syaikhuna adalah merupakan kebenaran yang tak dapat dipungkiri.
Seperti digerakkan oleh tangan yang tak nampak, kelompok2 manusia yang tadinya tersebar di sekitar komplek ar-Raudhah semuanya menuju pintu kecil di belakang rumah Beliau. Mereka berjejal untuk memasuki celah yang hanya bisa dimasuki oleh dua orang. Semua berharap, sambil sesekali mengusap air yang menggenang di matanya, agar dapat memasuki kediaman Syaikhuna sekaligus dapat melihat orang yang dicintainya untuk terakhir kali dan bahkan kalau bisa melakukan ciuman terakhir yang menandakan ketaatan dan kebaktian seorang murid. Namun di antara sekian banyak, hanya sedikit saja yang mendapatkan keberuntungan itu.
       Mereka yang tidak kebagian akhirnya memasuki mushalla ar-Raudhah, sehingga pada subuh itu padatlah Mushalla ar-Raudhah.
Kemudian setelah shalat Subuh, terdengar pengumuman dari pengeras suara Mushalla ar-Raudhah tentang berpulangnya Syaikhuna ke hadirat Allah SWT. Pengumuman ini kemudian menyebar luas melalui seluruh stasiun radio, segenap masjid dan mushalla yang ada di seluruh Kalimantan Selatan.
Hari itu terjadilah sesuatu yang tidak pernah terjadi dalam sejarah keagamaan di Kalimantan Selatan. Berita wafatnya Guru tercinta langsung menyebar di kalangan murid-murid di berbagai pelosok daerah. Hampir seluruh instansi pemerintah meliburkan diri, para murid di sekolah-sekokah dipulangkan, dan pasar-pasar menjadi lenggang karena para pedagang menghentikan kegiatannya. Orang-orang dari berbagai pelosok bumi Banjar berdatangan menuju Martapura khususnya ke Sekumpul untuk ikut mengantar kepergian sang Guru. Hari itu kota Martapura, khususnya daerah Sekumpul, menjadi lautan manusia. Lautan manusia yang berduka karena kehilangan seorang Abah sekaligus Guru tercinta yang selama ini begitu istiqomah memberikan pengajaran, mengayomi, memperhatikan persoalan-persoalan hidup mereka, baik kehidupan sementara di dunia, maupun kehidupan abadi di akhirat kelak.
Transportasi menjadi sangat padat, semuanya berujung pada tempat yang sama. Bahkan penyeberangan ferry yang menghubungkan Kotabaru dan Batu Licin menjadi penuh, terlihat antrian sepanjang beberapa kilometer menunggu giliran untuk menyeberang. Sementara itu, dari jalan-halan Hulu Sungai maupun Banjarmasin terlihat mobil pribadi, angkutan umum, serta kendaraan roda dua, merayap pelan saking padatnya jalan yang dilalui. Semua polisi diturunkan ke jalann untuk ikut mengatur lalu lintas. Hari itu seakan semua penghuni Kalimantan ditumpahkan ke Martapura.
       Tidak hanya transportasi darat, transportasi udara pun, khususnya dari pulau Jawa, menjadi penuh. Hari itu dan beberapa hari berikutnya merupakan masa-masa yang sulit untuk bisa mendapatkan tiket baik dari pulau Jawa ke Banjarmasin atau sebaliknya. Seandainya adapun, maka harganya telah melambung tinggi sampai beberapa kali lipat dari harga biasanya.
Di tempat kediaman Syaikhuna sendiri, terlihat kesibukan keluarga dibantu beberapa murid terdekat Beliau yang sedang menyiapkan acara pemakaman. Dalam kejadian ini sekali lagi terlihat kehati-hatian Syaikhuna dalam menjalankan perintah Agama Islam, di mana jauh hari sebelumnya Beliau telah membuat wasiat untuk keluarga dan murid-murid Beliau. Dimulai dari orang yang memandikan jenazahnya, imam shalat jenazah, menggali lubang kubur, hingga orang yang membacakan talqin. Tak lupa pula Beliau telah mempersiapkan sejumlah amplop berisi uang yang akan diserahkan kepada para penyelenggara pemakaman.
      Tepat pukul 10.00 WITA, jenazah Beliau mulai dimandikan dengan dipimpin oleh (almarhum) Allahu Yarham Guru Abdus Syukur pada waktu itu. Jenazah Syaikhuna dipangku oleh beberapa orang keluarga terdekat Beliau. Tak ketinggalan, dalam memandikan jenazah Syaikhuna ini, kedua anak Beliau ikut menyiramkan air ke tubuh ayah tercinta. Tak terdengar isak tangis dari mereka berdua, hanya beberapa tetes air mata tampak membasahi kedua pipi mereka. Kemudian setelah pemandian, Syaikhuna dikapankan, setelah sebelumnya dipakaikan jubah serta sorban yang telah disiapkan Beliau jauh hari sebelum wafatnya.
       Sebelum kain kafan sempurna ditutupkan ke jenazah Beliau, bergiliran beberapa orang terdekatdi mulai dari keluarga memberikan ciuman perpisahan. Beberapa dari mereka tak mampu untuk menahan air mata yang berjatuhan, air mata kesedihan karena ditinggalkan oleh orang yang selama ini mencintai mereka dan mereka cintai.
       Setelah acara pengkafanan, dilaksanakan acara Bahillah yang dipimpin juga oleh (alm) Guru Abdus Syukur, dilanjutkan dengan shalat jenazah sebanyak tiga kali di dalam rumah, yang pertama diimami oleh (alm) Guru Abdus Syukur, kemudian oleh (alm) Guru Anang Djazouly, dan terakhir oleh Habib Zaki dari Solo.
      Di Mushalla Ar-Raudhah dan sekitarnya yang tidak mampu menampung seluruh jamaah, terlihat wajah-wajah sedih yang tak dapat disembunyikan. Sesekali terdengar pengumuman yang meminta para jamaah agar tenang, namun semua seakan tak berbekas sedikitpun untuk mengurangi kegundahan hati mereka. Sebagian besar jamaah terus mengarahkan pandangan mata mereka ke pintu rumah Syaikhuna. Mereka menanti dibawanya jenazah Syaikhuna ke Mushalla untuk dapat mereka shalatkan bersama.
Setelah shalat Dzuhur, terlihat beberapa orang berpakaian polisi berbaris dari pintu rumah Syaikhuna sampai ke pintu Mushalla yang menuju mihrab. Kontan saja tindakan ini menjadi perhatian dari semua orang, mereka menyadari bahwa sebentar lagi saat yang ditunggu akan tiba. Kemudian pintu Syaikhuna terbuka, dan dari dalamnya keluarlah keranda yang diusung oleh beberapa orang. Serempak terdengar gemuruh dzikir rak henti-henti, komplek Ar-Raudhah seakan terhentak oleh suara ini, diselingi tangisan kesedihan yang keluar tak tertahan oleh sebagian besar jamaah. Semua orang berdesakan ingin menyentuh keranda Guru tersayang, seorang jamaah yang histeris menarik kain yang menutupi keranda hingga hampir terlepas, dan terlihat jenazah Guru yang tetap tak bergerak walaupun keranda itu bergerak di antara desakan sekian banyak jemaah. Beberapa saat kemudian keranda itu pun mencapai pintu Mushalla yang hanya berjarak 25 meter dari rumah Syaikhuna. Gemuruh dzikir terus menggema sampai keranda diletakkan di depan imam, dan kemudian terdengar pengumuman bahwa shalat jenazah akan dimulai.
Dikarenakan sedemikian banyaknya para jamaah sehingga shalat jenazah dilakukan secara bergantian. Berpuluh-puluh kali shalat jenazah dilaksanakan sampai menjelang shalat Ashar.
       Menjelang shalat Ashar, jenazah dibawa ke kubah turbah al-Mahya, diiringi dzikir yang bergemuruh dari ratusan ribu jamaah di komplek ar-Raudhah.
Tinggal beberapa menit lagi sebelum shalat Ashar tiba, salah seorang keluarga almarhum membagikan beberapa gumpalan tanah yang sudah disediakan kepada Guru-Guru untuk dibacakan Surah al-Qadr sebanyak 7 kali, selanjutnya akan dijadikan sebagai penyangga tubuh bagian belakang almarhum. Selang beberapa menit kemudian adzan shalat Ashar dikumandangkan, jasad Syaikhuna pun mulai diturunkan pelan-pelan hingga masuk ke liang lahat oleh Zainal Abidin, H. Anang Kurdi, dan H. Rusdi. Satu persatu ikatan tali bagian kepala, dada, dan kaki dibuka, disaksikan oleh para jamaah di antaranya para Habaib dan Ulama dari luar daerah. Kemudian sedikit demi sedikit tanah mulai dimasukkan sambil diiringi dengan bacaan surah Yasin, hingga akhirnya ditanamkan dua buah nisan di atas makam. Setelah itu (alm) Guru Abdus Syukur membacakan talqin mayit, dan akhirnya ditutup dengan tahlil dan doa arwah oleh Beliau.
Setelah semua acara pemakaman selesai, terdengar Iqomah yang diteruskan dengan shalat Ashar. Sebagian jama'ah beranjak pulang, namun sebagian besar tetap berada di komplek Ar-Raudhah, sambil tetap berusaha memasuki Kubah Turbah Al-Mahya untuk membaca surah Yasin dan kalau beruntung bisa mencium nisan yang baru di tanam.
       Sejak hari itulah, jamaah merasakan kehilangan yang sangat mendalam. Jika dahulu setiap permasalahan yang menggumpal di benak selalu mencair manakala dibawa hadir di pengajian Sekumpul, sekarang ke mana lagi mereka harus membawanya. Apabila dahulu ada yang menuntun mereka meniti Shirath Al-Mustaqim menuju Mardhotillah, kini siapa lagi yang benar benar bisa diikuti, yang memiliki keikhlasan murni, tanpa ada maksud-maksud dan kepentingan pribadi. Mungkin itulah yang membuat banyak dari mereka sangat sedih.




Mohon maaf yang sebesar-besarnya, dan tolong di kritik bila ada kekurangan dan kesalahan dalam penulisan.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Rabu, 22 April 2015

BAKTI SAYYIDAH FATIMAH AZ ZAHRA RHA

Sayyidah fatimah Azzahra putri Rasulullah SAW mendapat julukan sebagai “Ibu bagi ayahnya”. Hal ini karena pelayanan dan pembelaan beliau kepada sang ayah yang luar biasa. Sayyidina Abdullah bin Mas’ud bercerita: Suatu hari Nabi Muhammad saw menunaikan shalat di hadapan ka’bah. Pada saat itu, Abu Jahal dan beberapa temannya sedang duduk disana. Tiba-tiba salah seorang di antara mereka berkata:
“Siapa di antara kalian yang berani mengambil kotoran unta keluarga Fulan dan meletakkannya di punggung Muhammad ketika ia sujud nanti?”
Salah seorang yang paling celaka di antara mereka bangkit dan mengambil kotoran unta itu. Ia mengawasi Rasulullah saw. Ketika Rasulullah saw sujud, ia pun meletakkan kotoran itu di punggung beliau, tepat di antara pundak beliau. Peristiwa itu kusaksikan di depan mataku tetapi aku tidak dapat berbuat apa-apa. Diriku tak berdaya melawan mereka. Mereka saling memandang dan menertawakan Rasulullah saw. Adapun beliau saw tetap dalam sujudnya, tidak mengangkat kepala beliau hingga Sayyidah Fatimah tiba dan menyingkirkan kotoran itu dari punggung ayahnya. (HR. Buhkori)
Para ahli hadits menyebutkan bahwa setiap kali Rasulullah saw kembali dari sebuah perjalanan, setelah shalat sunah di Masjid, Rasulullah saw terlebih dahulu mengunjungi putri tercintanya tersebut, sebelum beliau pulang ke rumah para istrinya. Di depan pintu rumah, sang putri telah menanti dengan kerinduan yang membara. Ia sambut sang ayah dengan ciuman hangat di keningnya dan tetesan air mata, menyaksikan tubuh beliau yang berdebu, wajah yang tampak lelah karena perjalanan jauh.
Sayyidah Aisyah RA bercerita:
“Aku tidak pernah melihat seseorang yang bentuk, prilaku dan petunjuknya, cara berdiri dan duduknya sangat mirip dengan Rasulullah saw seperti Sayyidah Fatimah putri beliau saw. Dahulu jika Sayyidah Fatimah datang mengunjungi ayahnya, maka beliau saw berdiri menyambutnya, menciumnya, dan mendudukannya di sampingnya. Begitu pula jika Nabi saw berkunjung ke rumahnya, maka Sayyidah Fatimah berdiri menyambutnya, mencium ayahnya, dan mendudukkan beliau di sampingnya”. (HR. Tirmidzi dan Abu Daud)
Keharmonisan hubungan ayah dan anak seperti yang dicontohkan Rasul dan putrinya di atas saat ini mulai memudar. Jarang anak yang mengecup kening putra putrinya. Inilah salah satu contoh keindahan budi Nabi SaW terhadap putrinya tercinta.

Guru Sekumpul Waliyullah


Di Tarim sana, Hadramaut, kota para Habaib dan banyak melahirkan para Quthub, ada seorang Habib Sepuh yang bernama Habib Ahmad Assegaf r.a yang mengarang qasidah "Baina katipaihi 'alaamah", sehingga di Martapura Beliau terkenal dengan sebutan Habib Baina Katipai.
Beliau ini seumuran dengan Habib Abdul Qadir Jeddah r.a (kalau saya tidak khilaf). Beliau ini mempunyai kelebihan, malam-malam Beliau terbiasa bermimpi dengan Baginda Rasulullah Saw. Habib-HAbib zaman dulu walau sering bermimpi dengan Baginda Rasulullah Saw, masih sakit hati kalau belum bertemu secara jaga/yaqozhotan dengan baginda Saw. (Semoga kita mendapat mimpi bertemu Rasulullah Saw).
Akhirnya Beliau mendapat isyarat dari Rasulullah Saw dalam mimpi, "Ahmad, kalau kamu ingin bertemu Saya (Saw), maka temuilah Zaini (Guru Sekumpul)orang Martapura, Banjarmasin".
Maka bergegaslah Beliau menuju Indonesia, sesampainya di Jakarta, Beliau dihalang-halangi oleh orang yang dengki dengan Guru Sekumpul r.a, namun Beliau mampu menerobosnya, karena ingat dengan
isyarat dari Baginda Rosulullah Saw.
Akhirnya bertemulah Beliau dengan Guru kita Sekumpul r.a. Beliau utarakanlah maksud kedatangan Beliau, kemudian oleh Guru Sekumpul r.a diberi amaliah-amaliah yang kemudian Beliau amalkan.
Tidak berapa lama setelah itu, Rosulullah Saw menemui Beliau di pagi hari. Segera setelah pertemuan yaqozhotan itu, Beliau melapor kepada Guru Sekumpul ra.
Oleh Guru Sekumpul r.a dijawab "sebelum ketempat Sampean, Rasulullah Saw menemui saya terlebih dahulu".
Langsung seketika Habib Ahmad memeluk Guru Sekumpul r.a. Ya, Guru Sekumpul itu adalah Syekh Futuhnya atau Guru Murobbi Mursyidnya Habib Ahmad Assegaf.
Ilaa ruuhi Sayyidi Syekh Muhammad Zaini bin Abdul Ghoni wa ilaa ruuhi Habib Ahmad Assegaf _
Al Faatihah.

Selasa, 21 April 2015

Al Habib Sholeh bin Mukhsin Al Hamid ra Tanggul

Al Habib Sholeh bin Mukhsin Al Hamid ra Tanggul (Shohibush Sholawat Mansub) berkata:
Keberkahan seorang murid dari gurunya bukanlah karena ia menuntut ilmu atau pintar menghafal ilmu, akan tetapi seorang murid yang berkah, serta akan bersama gurunya dan baginda Nabi Muhammad saww. nanti di hari kiamat adalah seorang murid yang menjadikan semua umurnya habis berjuang untuk gurunya.
Yaa Allah jadikanlah kami orang-orang yang senantiasa mengabdi kepada kedua orang tua kami dan para guru-guru kami, aamiin.
SHOLAWAT MANSHUB (SHOLAWAT HABIB SHOLEH TANGGUL).
اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
صَلَاةً تَغْفِرُ بِهَا الذُّنُوْ بَ
وَ تُصْلِحُ بِهَا الْقُلُوْ بُ
وَتَنْطَلِقُ بِهَا الصُّعُوْبُ
وَ تَلِيْنُ بِهَا آلْعُصُوْ بُ
وَعَلَى آلِه ِوَصَحْبِهِ وَ مَنْ اِلَيْهِ مَنْسُوْبٌ
ALLAHUMMA ShOLLI ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN,
ShOLAATAN TAGhFIRU BIHAA DZUNUUB,
WA TUShLIHU BIHAAL QULUUB,
WA TANThOLIQU BIHAAL ‘UShUUB,
WA TALIINU BIHAA ShU’UUB,
WA ‘ALAA AALIHI WA ShOHBIHI WA MAN ILAIHI MANSUUB.
Artinya: Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami Nabi Muhammad yang dengannya Engkau ampuni kami, Engkau perbaiki hati kami, menjadi lancar urat-urat kami, menjadi mudah segala kesulitan kami, juga kepada keluarganya dan para sahabatnya.
Sholawat ini dari Al Habib Sholeh bin Muhsin Al Hamid (Habib Sholeh Tanggul).
Beliau berkata : Sholawat ini dibaca 11 atau 41 kali dengan niat untuk memperoleh kemudahan dan terkabulnya semua hajat, insya Allah akan mendapatkannya.
Kebanyakan orang yang meminta do’a kepada beliau, beliau memberikan sholawat ini.
Alfaqir ( Sayyid fahmi bin Alwi Bin Muhammad Bin yahya ) mendapatkan idjazah shalawat tsb, ijazah dr Ummi ana ( Syarifah Nurul Anisah binti Umar Bin Abdullah Bin yahya ) beliau mendapatkannya lsg dari Shahibul Shalawat tersebut yakni Al Habib Sholeh Bin Mukhsin Al Hamid di kediaman beliau dan Al Habib Sholeh Al Hamid melilitkan sorban nya di tangan kanannya dan mengijazahkan nya kepada ummi ana silahkan bagi siapa saja yang mau mengamalkannya.
Ket : Al Habib Sholeh Bin Mukhsin Al Hamid ra langsung mendapat ijazah shalawat tsb dari Datuknya yakni baginda nabi Besar Muhammad SAW ketika beliau berkhalwat.

Senin, 20 April 2015

HABIB JINDAN BIN JINDAN BERKATA :


NIAT - NIAT UNTUK ANDA YANG MAU MENIKAH ( ZUAD ) : >>>
1. Saya menikah dengan niat untuk menjalankan sunnah Rasulullah SAW.
2. Saya menikah dengan niat untuk menjaga mata dari pandangan yang haram.
3. Saya menikah dengan niat untuk mendapatkan keturunan yang dapat memperbanyak jumlah umat islam.
4. Saya menikah dengan niat untuk meraih kecintaan ALLAH dengan berusaha mendapatkan keturunan yang bisa melanjutkan generasi umat manusia.
5. Saya menikah dengan niat untuk meraih kecintaan Nabi Muhammad SAW demi memperbanyak umatnya yang berkualitas hingga kelak di hari kiamat Rasulullah SAW bangga dengan hal tersebut. Dalam hadits disebutkan, “Menikahlah dan perbanyaklah keturunan! Sebab aku akan membanggakan kalian di hadapan umat-umat lain kelak di hari kiamat.”
6. Saya menikah dengan niat untuk memperoleh keberkahan dari doâa yang dipanjatkan seorang anak shalih setelah saya wafat kelak,sekaligus berharap pertolongan dan syafa’at dari anak-anak tersebut jika mereka meninggal ketika masih kecil.
7. Saya menikah dengan niat untuk menjaga kehormatan istri dan memenuhi kebutuhannya, serta berniat untuk mencukupi nafkah istri dan anak-anak.
8. Saya menikah dengan niat untuk menjaga diri dari setan, menghilangkan kerinduan dan kecenderungan syahwat yang negatif, menjaga kemaluan dari perbuatan hina, menjaga pandangan, dan mengusir rasa was-was.
9. Saya menikah dengan niat untuk menyenangkan dan membahagiakan diri dengan cara duduk bersama pasangan atau memandang serta yang lainnya, agar bisa bertambah giat dan lebih tenang dalam beribadah.
10. Saya menikah dengan niat untuk mengurangi kesibukan hati dalam mengatur rumah, mengerjakan pekerjaan dapur, menyapu dan membersihkan perabotan, serta mendapatkan kemudahan hidup.
11. Saya menikah dengan niat untuk melatih diri dalam hal bertanggung jawab sebagai pemimpin rumah tangga, berusaha memenuhi kebutuhan istri, sabar atas kelakuan dan keburukan mereka, berusaha memperbaiki akhlaq mereka, membimbing mereka kepada kebaikan, mencari rizqi yang halal untuk mereka, serta menjalankan kewajiban dalam mendidik anak-anak dengan pertolongan ALLAH.
12. Saya menikah dengan niat pada semua niat tersebut dan niat lainnya dari semua yang saya curahkan, saya ucapkan, dan saya kerjakan, dalam urusan pernikahan ini, karena ALLAH SWT.
13. Saya menikah dengan niat seperti yang telah diniatkan oleh para hamba ALLAH yang shalih dan para ulama yang mengamalkan ilmunya. (Kemudian berdoâa) “Yaa ALLAH, berikan taufiq kepadaku seperti halnya Engkau memberi taufiq kepada mereka, dan tolonglah aku seperti halnya Engkau telah menolong mereka.”
Semoga ALLAH memberi taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Aamiin….

Sabtu, 18 April 2015

Tetap BerDakwah


Meskipun Kota Tarim Hadramaut Yaman sedang di landa perang .
Guru Mulia Al Habib Umar bin Hafidz tetap dalam tenang, sabar dan tabah menjalaninya tak mau ikut camput dalam urusan politik.
Senantiasa selalu menyebarkan Dakwah lemah lembut dari ajaran warisan yang di bawa oleh kakek moyang kita Rasulullah shallallahu 'alahi wasallam.
Tetap tenang dgn berdzikir dan do'a.
Ya Alloh yaa ROBB.
Mudah-mudahan semoga engkau melindungi mereka para kekasih wali-walimu di sana para Ulama/Habib2 sholihin .
Kota Tarim Hadramaut Yaman.
Kota para kaum muslim-muslimin kota para seribu Ulama/Ahlul Bait Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam.
Dan mudah2n semoga beliau (Sayyidil Al Habib Umar bin Hafidz)
Baik-baik saja dan senantiasa selalu dalam lindungan engkau ya ROBB.
Aamiin 3 x YA ROBB.
cry emotikon
heart emotikon
ALLAHUMMA SHOLLI ALAA SAYYIDINNA MUHAMMAD WA ALIHI WA SHOHBIHI WASALLIM

Al Habib Jindan Bin Novel Bin Salim Bin Ahmad Bin Jindan


Diriwayatkan didalam shohih, suatu ketika Rosul Shollallahu 'Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wasallam, sedang memimpin sholat berjama'ah bersama para sahabat, lalu Rosul SAW tiba-tiba maju dan melangkah sampai-sampai Beliau hampir menyentuh mihrabnya, lalu Beliau tiba-tiba melangkah mundur sampai-sampai Beliau hampir mendekati shoff pertama yg diisi oleh para sahabat setelah semuanya selesai, berkata para sahabat kepada Rosul SAW :
"yaa Rosulullah, apa yg membuatmu melangkah maju dan melangkah mundur dalam sholat berjama'ah tadi ???
Rosulullah Shollallahu 'Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wasallam menjawab :
"disaat sholat tadi, Allah SWT telah membuka hijab-Nya kepadaku tentang syurga dan dihadapanku adalah syurga, maka ku langkahkan kaki ku kedepan adapun aku melangkah kebelakang,Allah SWT pun telah membuka hijab- Nya kepadaku tentang neraka, dan dihadapanku adalah neraka "
para 'ulama mengajarkan kepada kita, selesai sholat MAGHRIB dan sholat SHUBUH disunnahkan untuk membaca:
"ALLAAHUMMA AJIRNA MINANNAAR"
(Yaa Allaah, Lindungilah Kami Dari Api Neraka)
yang barangsiapa membaca ini setelah sholat maghrib, ketika ia wafat pada saat- saat tersebut Allah SWT bebaskan dari api neraka, dan barangsiapa membaca ini setelah sholat shubuh, ketika ia wafat pada saat-saat tersebut, Allah SWT membebaskannya dari api neraka.
Subhanallah